Jumat, 11 Januari 2013

Siap Masuk Daycare? Berawal Dengan Galau, Berakhir Dengan Happy

Bu, maaf saya hamil enam bulan, bagaimana bu?.... Teng… kepalaku langsung puyeng, mbak nur yang notabene sudah seperti saudara dan berhasil saya latih mendidik anak saya dengan cara saya, akhirnya hamil lagi. Tapi masak iya saya harus melarang hamil
Dari saat anak saya (Hani) berusia 3 bulan, mbak nur saya latih bagaimana harus memberi ASIP dengan sendok, bagaimana mencairkan ASIP beku, bagaimana mensterilkan peralatan Hani....  awalnya susah, hani nangis, mbak nur bingung, akhirnya sukses juga, HANI minum ASIP dg sendok, usia 12 bulan sudah berlatih menggunakan gelas. No Bottle, No Dot. Saat hani usia 6 bulan, mulailah saya latih lagi ... memberi pengertian apa itu MPASI, bagaimana memberikan MPASI, bagaimana menggunakan slow cooker … sukses juga…NO INSTANT MPASI.
Sekarang saat hani usia 16 bulan mbak nur hamil?... what can I do?.... Tapi saya masih ingin kerja disini kok bu, sekitar 3 bulan lagi, begitu kata mbak nur saat melihat saya kaget. Iya, mbak, tks banget ya…jawabku…walau saya galau juga, khawatir mood orang hamil kan nggak bisa ditebak.
Di sinilah awal kebingungan: mau mancari babysitter?... ah, sy takut dan ragu. Ada nggak ya saudara yang bisa jagain Hani? Sudah telephon kesana kemari tidak ada juga.
Apa yang harus kulakukan?... Hmmm…tanyalah pada mbah Google
Setelah browsing sana sini ketemulah satu kata: DAYCARE

Tapi bagaimana nanti di sana? Dan daycare mana yang paling tepat?.. .Mulailah browsing lagi, ketemulah daftar daycare di Jakarta. Berbekal nomor telephone dari internet, saya mulai telephone satu persatu dengan pertanyaan yang sama:

  1. Berapa biaya per bulan? Termasuk lembur?
  2. Dimana lokasinya?
  3. Jam berapa operasionalnya?
  4. Satu pengasuh mengawasi berapa anak?
  5. Apa saja fasilitasnya?
  6. Adakah dokter, ahli gizi dan psikolognya?
  7. Apa saja menu makanan tiap harinya?
  8. Apa saja program hariannya?
  9. Apakah ada playground, kolam renang dan ruang bermain?

Setelah sebulan menimbang-nimbang akhirnya saya putuskan untuk memilih daycare di Jakarta Selatan, dengan pertimbangan lokasi yang gampang dijangkau, fasilitas lumayan lengkap (ruang tidur, ruang bermain, playground, kolam renang, bahkan ada sekolahnya sampai tingkat SD), ada dokter dan psikolognya, ada teachernya (mereka sebenarnya guru playgroup dan TK dis ekolah), buka jam 7.30 tutup jam 18.30, selebihnya dihitung lembur. Biaya perbulan yang harus sy bayarkan adalah Rp.1.450.000, dengan biaya pendaftaran Rp. 2.000.000.
Seminggu sebelumnya saya sengaja survey bersama suami dan Hani. Hani kelihatan senang sekali bertemu dengan teman-teman baru. Itu membuat saya mantap untuk memilih daycare tsb.
Seminggu kemudian saat hari pertama masuk daycare, apa yang terjadi?.... Hani nangis tidak mau ditinggal…duh sedih juga hati saya. Dengan terpaksa saya meninggalkan hani yang nangis. Sepanjang perjalanan dan dikantor saya benar-benar tidak konsentrasi teringat anak. Tapi saya tetapkan hati dengan banyak berdoa semoga Tuhan selalu melindungi Hani.
Sore hari jam 15.00 sudah gelisah saja hati ini ingin menjemput Hani, karena tidak tahan saya ijin dari kantor untuk pulang awal. Jam 16.00 saya sudah sampai di daycare. Apa yang terjadi? Begitu lihat saya Hani langsung nangis. Duh, tak tega rasanya. Saya tanyakan kepada pengasuhnya: bagaimana perkembangan hari ini? Dia jawab: belum mau bermain bu, tadi juga nggak mau tidur, mungkin karena suasana baru.
Malam harinya saat tertidur, Hani ngigau sambil nangis, bingung juga hati ini. Keesokan harinya timbul keraguan: apakah mau lanjut di daycare atau bagaimana? Tapi jika tidak di daycare, siapa yang menemani Hani?...
Hari kedua sampai ke enam tiap pagi dan sore selalu diwarnai dengan tangisan Hani dan kegalauan hati.
Hingga seminggu kemudian, Hani mulai tersenyum saat bertemu teman-teman di daycare, ohhh rupanya Hani sudah punya sahabat di daycare bernama Nikita dan Naya (mereka kakak beradik).... wah, lega sekali. Saat sore saya jemput Hani selalu tersenyum ceria.
Sebulan kemudian apa yang terjadi?... saat saya jemput untuk pulang, Hani menolak pulang karena masih ingin bermain bersama teman-teman. Waduh ... ibunya dicuekin hihihi...
Saat siang hari ada program art & craft atau mewarnai, sorenya saat bertemu saya Hani selalu bangga menunjukkan hasil karyanya, demikian juga setelah berenang Hani ceria sekali menceritakan pengalamannya.
Akhirnya masa-masa sulit itu lewat sudah....
Alhamdullilah, Hani akhirnya memperoleh daycare, pengasuh dan teman-teman yang baik.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar